15 Juni 2014
“Mak bosan kali aku di Batam
ini”, kata seorang teman disuatu waktu. “kecil, gak ada tempat wisata yang
bagus, tempatnya gini-gini aja”. Itulah sekelumit citra negative yang sering
diutarakan orang Batam.
“saya suka dengan kota
Batam, lalu lintas nya ga serumit dikota saya, disini jarang liat macet,
makanan nya juga enak-enak apalagi kalo masalah seafood, terus yang pasti
elektronik murah”. Komentar yang sering terucap dari orang Jakarta yang datang
untuk berbgagai keperluan. Lalu banyak pelancong dari Singapura yang mencintai
kota Batam, bahkan banyak diantara mereka yang hampir setiap akhir pecan
berkunjung ke Batam, dengan alasan semua lebih murah dari pada di kota nya
sendiri, tujuannya banyak, dari mulai hanya sekedar jalan-jalan, menenangkan
pikiran di resort-resort yang tidak terlalu mahal di banding yang ada di pulau
Sentosa, sampai menikmati hiburan malam” cukup membanggakan ketika mendengar
pujian-pujian itu.
Itulah yang terjadi, Batam
adalah paradoks. Kadang dibenci kadang dirindu, Batam disukai karena beberapa
hal, seperti lokasi yang strategis untuk 2 negara tetangga, Malaysia dan
Singapura, lalu bagi pencinta barang elektronik Batam adalah surge nya,
didatangi karena lapangan pekerjaan luas, gaji yang terkadang lebih tinggi dibanding
beberapa kota di Indonesia(untuk beberapa profesi). Namun banyak ditinggalkan
anak mudanya karena rendahnya kualitas pendidikan(dibanding dipulau Jawa),
tidak adanya universitas yang menjadi favorit dalam skala nasional. Dipuji
karena tatakota mirip dengan singapura/Malaysia, namun diejeki karena minimnya
inovasi, banyak nya ruli(rumah liar) dan identik dengan tempat penjualan
manusia.
Batam adalah kota
multikultural yang baik, banyak etnis yang hidup secara berdampingan dalam
kesehariannya, terkadang kita bisa melihat Indonesia hidup dalam 1 kota, dari Aceh sampai Papua ada disini,
meskipun terkadang melayu dan chines lebih dominan. Namun rasa saling
menghormati antar etnik yang berbeda adalah keindahan utamanya, contohnya saja
dalam agama, di Batam hidup 4 agama
besar yaitu, Islam, Hindu, Budha, Kristen. Mereka memiliki rasa saling memiliki
diantara yang lainnya, terutama dalam perayaan hari besar. Contohnya ketika
bulan ramadhan datang, mereka yang mencari uang dengan berjualan makanan,
dengan rasa hormatnya menutup tempat berjualannya dengan kain, agar tidak
mengganggu umat islam yang sedang berpuasa, ketika perbedaan diiringi rasa
saling menghormati, indah bukan? Itu adalah 1 contoh kecil yang ada di Batam.
Tempat ibadah pun tak jarang terletak berdampingan.
Modern dan multikultural
adalah karakter Batam, bahasa beberapa suku pun terkadang menjadi 1, yang
dinamakan bahasa Batam. Persilangan kebudayaan yang unik khas Bata ini banyak
menghasilkan peluang, terutama yang berkaitan dengan kesatuan.
Didiami berbagai kebudayaan,
sudah pasti terdapat berbagai pekerjaan pula. Batam kota yang dikelilingi laut,
dan merupakan jalur internasional tak menyia-nyiakan modalnya. Terdapat banyak
galangan kapal, mulai dari dari kapal kecil, hingga tanker, bahkan kapal perang
Negara ini pun banyak yang merupakan hasil dari orang Indonesia yang menetap di
Batam, kenapa saya menyebutnya orang Indonesia? Seperti diatas tadi, disana
diisi dari berbagai daerah di Indonesia. Menurut saya, ketika kumpulan dari
berbagai suku menyatu untuk membuat kapal perang Negara, saya rasa kualitasnya
lebih bagus. Dan merasa lebih adil, maka kapal-kapal itu banyak yang setuju
jika disebut “hasil karya anak bangsa”. Tidak seperti pembuatan pesawat di
Bandung, yang mayoritas pekerjanya adalah asli bandung, sehingga akan ada ucapan
“pesawat buatan anak Bandung” meskipun banyak juga pekerjanya dari luar
Bandung.
Batam kota industri, ya di
sana berbagai industri tumbuh dengan cepat, banyak perusahaan internasional
membuka pabrik nya di Batam, contohnya Panasonic, dan masih banyak lainnya,
selain elektronik, perkapalan, Batam juga memproduksi berbagai perlengkapan
otomotif, seperti safety bealt. Barang-barang tersebut siap export ke berbagai
negara. Yang terbaru adalah Batam memiliki bengkel pesawat, ditunjang dengan
runway terpanjangnya, maka akan banyak airline dari berbagai negara untuk
memperbaiki pesawatnya di Batam, karena biaya nya lebih murah di banding di
Singapura.
Diatas adalah beberapa
contoh bisnis yang legal, Batam merupakan wilayah yang sangat dekat Singapura
dan Malaysia, ditempat seperti ini tidak mungkin bersih dari “penyelundupan”.
Yaa Batam menjadi jalan berbagai macam penyelundupan, mulai dari narkoba,
barang seken dari singapura. Batam pun menjadi pintu keluar yang nyaman bagi
human trafficking yang akan dijual ke Malaysia/singapura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar