Kamis, 26 September 2013

Ternyata Mereka Menemani ku

Cerita dirumah lama ku

 Hari itu kami kedatangan nenek ku dari ciamis, tujuannya ia ingin melihat rumah baru itu, kebiasaan nenek ku selalu shalat tahajjud jam 2an. Malam pertama hingga malam ketiga biasa aja, gak terjadi apa-apa, tapi pas malam ke 4, nenek yang lagi shalat tahajjud di ruang tamu tiba-tiba mengucapkan Allahuakbar dengan suara yang agak keras, yang membuat kami terbangun se rumah. Nenek ku langsung bilang "Penunggu rumah ini gak suka kalo tempat tinggalnya(sekitar tangga dan gudang) gelap dan kotor, tapi dia gak bakal ganggu". namun kami serumah bingung karena baru tau bahwa ada penunggu nya. Malam selanjutnya mama memanggil pak Ustad untuk menangani dan mencari tau siapa penunggu rumah itu, malam itu pun terasa mencekam karena suasana pak ustad sedang mencoba berkomunikasi dengan anggota rumah 'yang lain'...
sekitar 1 jam, pak ustad sadar kembali dan langsung bercerita
"penunggu disini adalah kuli bangunan yang ikut dalam pembangunan rumah ini, namun saat rumah sudah hampir jadi, beliau terjatuh dari genteng, dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit".
Dengan merinding dan memeluk nenek(maklum baru 7 tahun) aku terus mendengarkan, lalu nenek bertanya
"lalu apa maunya bapak itu?apakah mengganggu kami?
pak ustad menjelaskan bahwa bapak itu hanya ingin rumah ini di jaga kebersihannya, penghuninya harus rajin beribadah, dan jangan sampai terlalu gelap. semenjak saat itu lah di rumah sering di adakan pengajian, hingga si bapak itu tidak pernah lagi menampakkan dirinya,
3 tahun kemudian aku bertanya pada nenek "nek, bapak yang nenek liat dirumah waktu dulu itu gimana bentuknya?.
"Bentuknya serem boy, muka dan kepalanya terlihat hancur, katanya dulu tertimpa batu besar, dan sekujur tubuhnya bercucuran darah"
Waktu itu aku sangat bersyukur tidak pernah melihat dan tak pernah ingin melihatnya.
saat aku mulai beranjak dewasa, sekitar umur 12 tahun, aku pindah kamar, yang semula di bawah, menjadi pindah ke atas, jadi aku harus melewati gudang dan tangga, namun saat itu aku tak pernah berfikir negatif, karena aku hampir sudah lupa dengan tempat tinggal 'nya'. Dulu aku sangat sering pulang larut malam, kadang jam 2 atau jam 3, pada jam tersebut komplek rumah ku sudah sangat sepi, rasanya seperti berada di kota mati. Pulang jam segitu rasanya biasa aja, gak pernah dapet gangguan apapun, tapi hal itu cuma berlangsung sekitar 1 tahun. Pada malam-malam berikutnya, biasa nya malam minggu, karena cuma malam minggu aku pulang jam 2 atau jam 3, pada umur 14 tahunan lah aku mulai merasa di ganggu :
1. Di Ikuti
 perasaan ini muncul ketika mulai dari membuka gerbang hingga masuk ke kamar, perasaan ia masuk ke ruangan yang ada didepan kamar ku, sampai sekarang gatau itu bapak yang dulu atau....
2. Melihat Bayangan
sering terjadi ketika aku keluar kamar pada malam tengah malam, bayangan itu sering terlihat di sekitar tangga dan ruangan depan kamar
3. Suara Aneh
Suara pintu terbuka/tertutup itu sering terdengar kalo lgi nonton tv tengah malam, tp yakin banget klo itu 'dia', kaarena setelah suara itu gak terdengar lagi langkah kaki atau apapun. lalu sering juga terdengar suara gemercik air di wc belakang. padahal pas besoknya di tanya, gak ada yang ke wc, jadi malam-malam berikutnya udah terbiasa. dan ada juga suara wanita nangis di samping rumah atau di balkon kamar.
4. Gangguan Fisik
Niat 'dia' mungkin jail atau gimana, aku sering banget di kerjain di tangga, paling sering kaki di tarik pas lgi naik/turun tangga, tapi anehnya gak pernah sampai jatuh, rasanya ada yang nahan pas mau jatuh. kejadian seperti itu juga pernah di alamin sama temen aku di salah satu sekolah, padahal lagi adzan magrib.

Hingga umur aaku 18 tahun, aku udah sangat terbiasa dengan keadaan rumah itu, namun yang membuat aku terkaget adalah pengakuan dari tetangga depan, dan samping kiri rumah, mereka mengaku kalo malem sering liat cewek dengan baju hitam panjang, rambut panjang selalu nongkrong di balkon kamarku, kejadian seperti itu sudah dari lama mereka alami, namun takut untuk berbicara katanya, dan mereka juga sering melihat semacam kuntilanak di pohon petai samping rumahku yang terkadang terbang dan diam di garasi rumah. (sumber berasal dari satpam setempat dan pengurus vihara)

Tapi alhamdulillah hingga kami meninggalkan rumah itu tidak pernah melihat sosok nya dan mendapat gangguan yang berarti dari mereka, sebelum pergi, ibu kembali mengadakan pengajian yang memang sudah lama tidak di laksanakan lagi.

Ketahui lah di mana tempat tinggal dan bentuk penjaga rumahmu! atau mungkin lagi membaca blog ini bersamamu

Selasa, 17 September 2013

Malam Minggu Terakhir

   Sabtu malam, 30 Juni 2013 bukan malam biasa dalam perjalanan hidupku, pada malam itu semua terasa berbeda, tidak seperti sabtu malam sebelum-sebelumnya yang biasa aku lewati, dimana biasanya aku tidak ada di rumah, ntah itu ke mall, angkringan, jalan-jalan, atau menghadiri berbagai macam acara. Malam itu adalah malam minggu terakhir aku di Batam sebelum esoknya akan pindah, pada malam itu aku mengundang teman-teman untuk hadir di rumah ku, yaa..semacam acara perpisahanisiasi lah, dan sekaligus terakhir kalinya bagi mereka untuk bertamu ke rumah ku dalam keadaan masih terisi.
   Pada malam itu mayoritas yang hadir adalalah sahabat sejak masa SMP, kecuali Alex yang sudah sejak kelas 1 SD dulu, dan di tambah teman-teman SMA kemarin, namun sayang windi, dan sahabat lainnya gak datang:(, susunana acaranya  hanya makan-makan dan cerita-cerita yang lebih banyak mengingatkan pada masa lalu, dan terkadang berencana untuk ke kedepannya. Semua ceria, biasa-biasa saja, termasuk aku, namun terkadang meratap sedih, sadar bahwa esoknya tak merasakan kebersamaan seperti itu, tapi wajah harus tetap ceria.
  Aku pernah berfikir bahwa aku akan merindukan saat-saat seperti ini, dimana kebersamaan begitu dalam, namun waktu terasa begitu cepat malam pun semakin larut dan mereka izin untuk pulang, rasa sesak dalam dada semakin sakit, karena malam itu akan berakhir pada saat itu.
Malam akhir ku isi dengan renungan-renungan dan mengingat cerita masa lalu dengan terus membalas sms/bbm/line dari sahabat yang menanyakan kepastian keberangkatan ku pada esok nya. Sepi nya rumah semakin membuat hati begitu sesak, padahal beberapa jam sebelumnya hati ini terasa ramai. Dan di iringi dengan galaunisasi karena ketidakpastian bisa ketemu windi/engga besok....
Hingga akhirnya  tanpa sadar aku pun melakukan tidur malam terakhir di kamar itu. Samapai sekarang aku masih merindukan malam itu kawan.....

Senin, 02 September 2013

Mr. Roy Suranta Purba

  Kehadirannya sangat membuaat perubahan pada ku, ia sangat banyak membuat ku mengerti tentang olah raga futsal, mulai dari cara bermain hingga aturan yang berlaku, ia ada Roy Suranta Purba, aku bersama teman-teman dari SMP Kartini 2 Batam biasa memanggilnya Pak Roy. berasal dari Medan Sumatera Utara, asli Batak beragama Islam, dengan kepribadian yang keras, tegas, dan pendirian yang teguh, ia mencoba untuk merantau Ke Batam, dengan bekal informasi dari teman semasa kuliahnya di UNIMED,pak Safarudin Pakpahan lah yang menunjukan ia pada sekolah ku sebagai guru olah raga. Pak Roy mulai mengajar tahun 2010, senang rasanya bagi kami yang mendapatkan guru baru di sekolah itu, selain menjadi guru, ia juga salah satu wasit futsal berlisensi PSSI.
Sehingga selain mengajarkan materi olah raga sesuai kurikulum, beliau juga sering mengajarkan kami tentang futsal, cara berorganisasi, kepemimpinanm dan juga cara menjalani hidup ini. Pak Roy sempat membuat sekolah futsal, dengan tujuan memberikan pelajaran lebih pada kami, dengan nama " BATAM UNITED Futsal Club". Pada mulanya sekolah ini pesertanya hanya anak-anak dari SMP Kartini 2, namun seiring berjalanan nya waktu dan promosi yang dilakukan oleh Pak Roy, sehingga banyak peserta dari luar SMP ku, maka semakin banyak lah peserta nya. Beliau sangat baik pada kami, setiap sesi latihan yang diaksanakan pada Minggu pagi, ia selalu membawa kan kami bubur kacang dan susu coklat panas, terkadang susu coklat dan bubur kacang itu pun di satu kan "sehat" katanya
   Sebagai seorang yang eksis di dunia perFutsalan, membuat ia banyak di kenal orang, hal ini membuat aku, dani, fadil, Alex, senang mengikutinya jika pergi-pergi, selain dapat mengenal orang-orang penting, pergi bersama nya tak jarang membuat gelak tawa pada kami dengan tingkahnya yang menurut kami sedikit aneh, lalu beliau pun tak segan-segan mentraktir kami makan saat memiliki uang lebih. Bang Roy, adalah panggilan akrab Pak Roy ketika berada di luar sekolah, menurutnya ketika di luar lingkungan sekolah, ia menjadi remaja, dan teman kami. Maka tak jarang kami pun Pergi bersama, seperti jalan ke mall, atau makan malam.
  Sebagai seorang wasit dengan lisensi PSSI Nasional, membuatnya sering memimpin pertandingan-pertandingan futsal yang berskala besar dan resmi, pada berbagai kesempatan ia sering bercerita tentang bagaimana rasa nya saat ia berada di lapangan sebagai pemimpin pertandingan dengan di keliingi ribuan suporter, sering mendengar caci-maki, lemparan berbagai benda dari tribun penonton dikala ia mengambil keputusan yang merugikan tim yang di dukung suporter tersebut. Dari cerita-cerita itulah kami dapat belajar bagaimana cara memimpin.

   Sekarang Bang Roy sedang dalam proses menyelesaikan Kuliah S2 di Universitas Negeri Medan, semoga saja ia semakin sukses, dan tak melupakan kenangan di kota Batam.


Terima Kasih Pak Roy !!


Tugas Akhir





Tugas Akhir
7 Juni 2013

  Hari di mana aku terakhir kalinya belajar di dalam kelas, Sebagai anak SMA Kartini Batam, yah benar, karena besok mungkin selama nya tak akan merasakan lagi belajar di sekolah ini, karena akhir bulan nanti aku akan pindah ke kota yang baru, Bandung, kota yang dingin, namun sesak karena penduduknya, meskipun masih lama aku pergi, tapi setelah hari ini tak akan ada lagi belajar di dalam kelas, kecuali ujian kenaikan kelas, yang di mulai tanggal 10 nanti, untuk ujian ini seharusnya aku lebih matang, karena nanti nantinya aku akan bersaing dengan lebih banyak orang di sekolah baru ku itu, namun hingga hari  ini aku masih terlihat santai dengan pelajaran, namun sangat sibuk dengan kegiatan lain.
Sejak 2 bulan lalu, selain sekolah aku pun harus sibuk mengurus segala hal yang berhubungan dengan ke pindahan nanti, mulai dari mencari jasa ekspedisi yang akan mengangkut barang-barang di rumah, hingga memberitahu alamat baru pada bank, maupun kantor yang berkerja sama dengan orang tua, sehingga tugas tugas sekolah yang banyak terabaikan, belum lagi perasaan sedih ku yang selalu hadir di kala bersama teman-teman, karena ku sadar tak lama lagi kami akan berpisah.
9 Mei 2013, adalah hari ulang tahun ku yang 18, banyak hal spesial pada hari itu, di mulai pada pukul 5 subuh, beberapa orang sahabat ku, bersama seseorang yang spesial, Windi datang ke kamar untuk memberikan kejutan, dan pada waktu itu pun aku sangat terkejut, hingga  berbagai ucapan ulang tahun yang datang melalui berbagai cara, sangat senang rasanya, namun ada yang membuat ku sedih.
Banyak ucapakan yang menyelipkan kalimat, 
“ Kalo udah pindah nanti, jangan sombong.”
 Atau ada juga yang bilang,
“Jangan lupain Batam kalo udah di Bandung nanti.”
Sedih karena teringat lagi bahwa pindah itu semakin dekat, berarti waktu ku bersama mereka semakin singkat juga. Bukan takut benar-benar tak bertemu lagi, tapi aku takut saling melupakan, bukan tak mungkin jika kami saling melupakan, di saat jarak yang jauh memisahkan kami dan kesibukan di kota masing-masing, namun aku selalu berjanji bahwa aku tak akan melupakan Batam beserta isinya.
Di Bulan Mei aku juga di sibukkan dengan menyelesaikan berbagai tugas yang di berikan bapak ibu guru ku, kebiasaan ku yang suka menunda-nuda tugas akhirnya membuat ku pusing di di akhir, ada beberapa tugas yang harus di kumpul awal Juni, dan tugas ku pada waktu itu numpuk, sehingga memaksa ku untuk lembur.

Akhir Mei 2013

Dari 5 tugas yang di berikan, aku hanya dapat menyelesaikan 3 diantaranya, teman yang lain sudah terliihat santai, karena mereka sudah menyelesaikan semuanya, tinggal aku yang selalu sibuk dengan laptop dikala jam istirahat, 
“linten, tugas fisika km belum selesai juga?padahal udah 3 bulan loh, gampang lagi tugasnya” ujar Bella anak ranking 1 di kelas ku pada semester 1 kemarin dan selalu berprestasi namun tidak sombong dan rajin menabung, aku hanya menjawabnya dengan senyuman sambil sibuk dengan laptop ku, kadang aku sampai lupa makan karena mengerjakan tugas-tugas itu, terkadang Alex sang ketua kelas pun sibuk dengan komentarnya “ Ten, Ten tugas jaman batu, kok baru ngerjain sekarang”, ku jawab dengan hal yang sama bila bella berkomentar. hari hari itu benar benar terasa melelahkan, selain harus belajar di jam pelajaran yang sebenarnya, jam istirahat ku pun menjadi jam pembuatan tugas, belum lagi kegiatan OSIS yang sibuk untuk mempersiapkan MOS, meskipun aku udah gak ada di batam, tapi secara professional aku harus tetap bekerja, dan pulang ke rumah pun tidak langsung istirahat, kadang mama “ Ten beresin barang-barang, besok mau ada orang kargo survey ke rumah” perintahnya dengan halus.
Semua isi rumah ini rencanya akan di bawa ke Bandung, jadi kami sudah jauh jauh hari mem-packing  barang yang rasa tidak terlau penting, namun awal bulan ini lah kami mulai sibuk beres-beres mulai dari gorden, karpet, pakaian,  hingga piring-piring yang ada. Rasanya tiada hari tanpa kegiatan membungkus barang-barang di rumah ini, “ Ten, barang-barang ini mau jual?” ucap seorang tema yang datang ke rumah ku
“Bukan lah, itu barang barang yang mau di bawa ke Bandung” jawab ku
Selain aku harus sibuk dengan kerjaan rumah ini, tanggal 10 aku juga harus melakasanakan ujian kenaikan kelas, sangat membuatku merasa stress, Karena masih sangat banyak lagi tugas yang belum aku selesaikan, sebenarnya semua itu kesalahan aku sendiri yang selalu menyepelekan dan menunda-nunda sehingga akhirnya sekarang tugas itu menjadi tumpukan.

25 Juni 2013
 
“Linten, mana tugas cerpen mu?” Tanya Bu Ani, yang merupakan guru Bahasa Indonesia itu, dengan muka memelas, “ Maaf bu, cerpennya masih 3 halaman, saya terlalu sibuk dengan kerjaan rumah” berharap mendaptkan keringanan
“oke, ibu ngasih kesempatan untuk mu, Sabtu besok jam 7.00 harus udah ada di meja itu, gimana bisa?” balas bu ani, yang sesuai dengan harapanku.
Waktu itu hari jumat sore, dasar kebiasaan ku yang selalu menunda, saat-saat seperti itu pun aku tidak langsung mengerjakannya, aku malah pergi ke bioskop bersama teman, pada waktu itu aku berfikir, bahwa membuat cerpen 2 halaman lagi adalah hal yang mudah.
Di sela-sela menonton, Jevica angkat bicara “Ten, ko kok ikut nonton?”
Dengan nada heran aku menjawab, “lah emang kenapa?kan hak aku sih ikut atau engga”
Bukannya gitu, ko aja banyak belum bikin tugas, kenapa gk di kerjain? Senin kan udah ujian” balasnya dengan di barengi senyum manisnya.
“Oh, kalo yang kaya gitu gampang jev, 1 jam pun selesai” Jawabku sepele.
“Oh,yaudah serah” balasnya yang menutupi percakapan
Setelah nonton dan makan, aku pun pulang dengan niat ingin mengerjakan tugas tuas yang ku anggap mudah tadi, setelah sampai di rumah rasa kantuk ku mengalahkan rasa semangat untuk membuat tugas, padahal masih jam 7 malam, tak terasa tiduran di kasur membuat ku benar-benar tidur.
Jam 12.30 aku terbangun, dan teringat dengan tugas, aku langsung membuka laptop dan melanjutkan cerpen, 1 jam kemudian aku mulai bingung, akan ke mana arah cerpen ku ini karena kehabisan ide, setengah jam kemudian aku baru sadar bahwa membuat cerpen pun tidak mudah, apalagi saat terburu-buru. Pukul 3 mata ini sudah sangat tak kuat untuk menatap laptop, dan ahkirnya tidur lagi, padahal cerpen masih kurang 1 halaman.
Tidur ku pun merasa tak nyaman, terasa di ganggu hantu, bernama cerpen yang selalu datang di mimpi ku “gimana cerpenmu?cerpenmu?” dengan nada seram kata si cerpen mengikuti gaya pocong yang kehilangan tali pocongnya.
Jam 5 pun kembali terbangun, untuk melanjutkan cerpen,padahal mata ini masih ingin kembali terlelap, butuh waktu 1,5 jam untuk menyelesaikan itu, setelah selesai langsung print, langsung di antar ke sekolah  dan menggeletakkannya di meja Bu Ani, semoga aja bu Ani dapat memberikan nilai tinggi pada karya ku itu, harapan ku dalam hati.
Setelah itu pun, aku kembali pulang untuk tidur lebih lama lagi.

Cerpen ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari banyak orang yang selalu memberikan inspirasi, semangat, dan komentar-komentar yang membangun.
Silahkan memberikan kritik dan saran melalui :
Twitter : @BL_95
email   : Boylinten95@yahoo.com
 
 Terima Kasih pada mata yang sudah membaca :)
 


Kamis, 16 Mei 2013

___---___

 Detik tak pernah berhenti, seakan memberi tahu bahwa waktu sterus berjalan, dan semakin dekat menuju bulan juni, barang-barang di rumah semakin lama pun semakin berkurang, dan rumah baru pun semakin siap untuk di tempati, hanya aku yang belum siap menerima ini semua. Bohong jika aku tak merasa sedih, jangan percaya bila aku berkata "aku seneng kalo pindah". menjalani hari-hari pun terasa sulit dikala menjalani hidup di tengah orang-orang yang mendukung untuk menjalani kehidupan baru, dan orang-orang yang setuju untuk aku tetap tinggal disini bersama mereka.
akhir-akhir ini pun pikiran ku lebih banyak pada hal itu, bagaimana orang-orang yang selama ini menemani keseharian ku, tapi nanti akan tiba-tiba kehilangan 

 Banyak orang yang berkata "aku masih belum percaya ko bakalan pindah" ntah mau jawab apa, karena sampeaisekarang pun aku belum percaya, kalo kenyataannya bakal secepat ini. adalagi segelintiran ucapan " aku masih belum siap, ko tinggalin" aku cuma bisa bilang 'gak ada yang siap'

 
Ku lalui hari untuk tetap bersama, waktu yang jadi pemisah ku jadikan arti dari sebuah kisah yang tidak mungkin tuk bisa dirubah

Kamis, 31 Januari 2013

Betah / kembali Pulang

Banyak pendapat dari sahabat, teman-teman sekolah, guru, teman orang tua, dan orang-orang lainnya yang saya tikah tau sebagai apa mereka. Pendapat mereka tentang bagaimana kisah hidup saya pada bulan Juli ke depan, karena pada bulan Juni saya akan pindah dari kota Batam, Bandung tujuan saya.

Sebagian orang yang telah lama tingga di Batam, telah mengenal kiasan " Kalo orang udah pernah minum air Batam, orang itu pasti Betah/ mau datang ke Batam lagi". Boleh percaya atau tidak tentang kalimat di atas, tapi saya mempercayainya.

Sehubungan dengan akan beranjaknya saya dari kota ini, MUNGKIN kalimat diatas tadi akan terjadi pada saya, terlebih saya telah 17 tahun berada dikota ini, dan nantinya saya akan meninggalkan orang-orang yang telah sangat baik pada saya, contohnya guru-guru, teman-teman SD-SMA sekarang, termasuk juga anak Baloi, sebagai teman permainan saya di rumah, juga berbagai fasilitas/kemudahan yang bisa saya dapatkan disini seperti, rumah yang besar, jarak tempuh dari suatu tempat ke tempat lain relatif dekat, jarangnya kemacetan, tidak seperti di Bandung nanti, disini saya sangat mudah untuk mengunjungi negara Malaysia dan Singapura hanya dengan naik ferry saja, di Bandung mungkin saya sangat jarang mengunjungi kedua negara tersebut, dengan alasan transportasi yang di gunakan adalah pesawat, dengan harga tiket yang mahal, dan waktu nya sekitar 2 jam.


Itulah yang membuat teman-teman saya berpendapat :
  1. ko gak akan betah di sana, pasti baru beberapa bulan pindah lagi.
  2. mana mungkin bisa tahan selamanya di Bandung
  3. ko tuh orang Batam, pasti gak betah tinggal di Bandung.
Itulah beberapa pendapat dari mereka, dan sebetulnya saya juga berfikir seperti mereka. "bisa betah gak ya nanti?". Kalau jadi Pindah bulan Juni nanti, saya tidak punya pilihan lain, selain ikut pindah dan betah disana, karena di Batam saya tidak ada keluarga lagi, kecuali orang-orang yang se rumah dengan saya, dan kedua orang tua saya tidak mengijinkan saya untuk sekolah di sini dengan seorang diri, itulah hal yang memberatkan saya untuk betah di sana.