Sabtu, 17 Mei 2014

19 April 2014



Sudah delapan hari aku di Batam, hingga esok tiba waktu ku untuk pulang, pulang pada pada kota tempat ku benar-benar tinggal dan sekolah, Bandung. Pagi ini tak terasa indah seperti mendekati waktu keberangkatan untuk ke Batam, sekarang rasa ketidakpuasan kembali hadir, karena ingin lebih lama lagi diam disini, ingin lebih lama bersama Windi, ingin lebih jauh lagi jalan-jalan di kota ini, ingin lebih banyak lagi bersilaturahmi dengan tempat-tempat makan disini, dan masih banyak lagi keinginan lainnya. namun surat perintah untuk kembali pada kehidupan sebenarnya telah tiba, karena disini hanya sebagai liburan dan silaturahmi pada kota lama.
  Sejak pertama kali mendarat di sini rasanya seperti menonton kembali film yang udah lama gak liat, membongkar cerita lalu, berziarah pada kenangan, mengingatkan kembali pada semua yang terjadi, dan selalu membandingkan kehidupan dulu dan sekarang, namun rasa-rasa nya bahwa tinggal di   Batam lebih baik dari pada di Bandung, bukan berarti Bandung gak baik sebagai tempat tinggal sekarang, tapi ada beebrapa faktor yang membedakan semua itu, dan karena aku sudah sangat terbiasa tinggal disini, move on itu gak gampang!.
  Batam itu selalu mengajarkan kita untuk hidup simple, ditunjukan dengan strategisnya berbagai lokasi, mudahnya mendapatkan berbagai makanan dari khas mana pun, ini yang susah di Bandung, yaa walaupun katanya bandung surga nya kuliner, kebanyakan hanya kuliner khas sunda yang mudah di dapat, jangan harap menemukan chinnesse food dengan cita rasa yang pas. belum lagi didukung dengan kecil nya pulau ini sehingga sangat simple untuk segala hal.
  Makasih buat semua orang yang udah baik selama aku di Batam, semoga kita bisa ketemu lagi!!
makanan yang gak bakal di temuin di Bandung

Reuni kecil-kecilan di SMP Kartini

makan siang bareng
sama si pacar

Waktu




  7 Juni 2013 hari di mana aku terakhir kalinya belajar di dalam kelas, Sebagai anak SMA Kartini Batam, yah benar, karena besok mungkin selama nya tak akan merasakan lagi belajar di sekolah ini, karena akhir bulan nanti aku akan pindah dari Batam ke Bandung, kota yang dingin, namun sesak karena penduduknya, meskipun masih lama aku pergi, tapi setelah hari ini tak akan ada lagi belajar di dalam kelas, kecuali ujian kenaikan kelas, yang di mulai tanggal 10 nanti, untuk ujian ini seharusnya aku lebih siap karena nanti nantinya aku akan bersaing dengan lebih banyak orang di sekolah baru ku itu, namun hingga hari  ini aku masih terlihat santai dengan pelajaran, namun sangat sibuk dengan kegiatan lain.
   Sejak 2 bulan lalu, selain sekolah aku pun harus sibuk mengurus segala hal yang berhubungan dengan ke pindahan nanti, mulai dari mencari jasa ekspedisi yang akan mengangkut barang-barang di rumah, hingga memberitahu alamat baru pada bank, maupun kantor yang berkerja sama dengan orang tua, sehingga tugas tugas sekolah yang banyak terabaikan, belum lagi perasaan sedih ku yang selalu hadir di kala bersama teman-teman, karena ku sadar tak lama lagi kami akan berpisah.
9 Mei 2013, adalah hari ulang tahun ku yang 18, banyak hal spesial pada hari itu, di mulai pada pukul 5 subuh, Windi bersama beberapa orang sahabat ku datang ke kamar untuk memberikan kejutan, dan pada waktu itu pun aku sangat terkejut, hingga  berbagai ucapan ulang tahun yang datang melalui berbagai cara, sangat senang rasanya, namun ada yang membuat ku sedih.
   Banyak ucapakan yang menyelipkan kalimat, “ Kalo udah pindah nanti, jangan sombong.” Atau ada juga yang bilang,“Jangan lupain Batam kalo udah di Bandung nanti.”
Sedih karena teringat lagi bahwa pindah itu semakin dekat, berarti waktu ku bersama mereka semakin singkat juga. Bukan takut benar-benar tak bertemu lagi, tapi aku takut saling melupakan, bukan tak mungkin jika kami saling melupakan, di saat jarak yang jauh memisahkan kami dan kesibukan di kota masing-masing, namun aku selalu berjanji bahwa aku tak akan melupakan Batam beserta isinya.
    Di Bulan Mei aku juga di sibukkan dengan menyelesaikan berbagai tugas yang di berikan bu Ani dengan tugas cerpennya, bu Tina dengan karya tulis ilmiahnya, dan guru lain bersama tugasnya, kebiasaan ku yang suka menunda-nunda tugas akhirnya membuat ku pusing di akhir, ada beberapa tugas yang harus di kumpul awal Juni, dan tugas ku pada waktu itu numpuk, sehingga memaksa ku untuk lembur.

Akhir Mei 2013
  Dari 5 tugas yang di berikan, aku hanya dapat menyelesaikan 3 diantaranya, teman yang lain sudah terlihat santai, karena mereka sudah menyelesaikan semuanya, tinggal aku yang selalu sibuk dengan laptop dikala jam istirahat, “linten, tugas fisika km belum selesai juga?padahal udah 3 bulan loh, gampang lagi tugasnya” ujar Bella anak ranking 1 di kelas ku pada semester 1 kemarin dan selalu berprestasi namun tidak sombong dan rajin menabung, aku hanya menjawabnya dengan senyuman sambil sibuk dengan laptop ku, kadang aku sampai lupa makan karena mengerjakan tugas-tugas itu, terkadang Alex sang ketua kelas pun sibuk dengan komentarnya “ Ten, Ten tugas jaman batu, kok baru ngerjain sekarang”, ku jawab dengan hal yang sama bila bella berkomentar. hari hari itu benar benar terasa melelahkan, selain harus belajar di jam pelajaran yang sebenarnya, jam istirahat ku pun menjadi jam pembuatan tugas, belum lagi kegiatan OSIS yang sibuk untuk mempersiapkan MOS, meskipun aku udah gak ada di Batam, tapi secara professional aku harus tetap bekerja, dan pulang ke rumah pun tidak langsung istirahat, kadang mama “ Boy, beresin barang-barang, besok mau ada orang kargo survey ke rumah” perintahnya dengan halus.
Semua isi rumah ini rencanya akan di bawa ke Bandung, jadi kami sudah jauh jauh hari mem-packing  barang yang rasa tidak terlau penting, namun awal bulan ini lah kami mulai sibuk beres-beres mulai dari gorden, karpet, pakaian,  hingga piring-piring yang ada. Rasanya tiada hari tanpa kegiatan membungkus barang-barang di rumah ini, “ Ten, barang-barang ini mau jual?” ucap seorang teman yang datang ke rumah ku
“Bukan lah, itu barang barang yang mau di bawa ke Bandung” jawab ku
Selain aku harus sibuk dengan kerjaan rumah ini, tanggal 10 aku juga harus melakasanakan ujian kenaikan kelas, sangat membuatku merasa stress, Karena masih sangat banyak lagi tugas yang belum aku selesaikan, sebenarnya semua itu kesalahan aku sendiri yang selalu menyepelekan dan menunda-nunda sehingga akhirnya sekarang tugas itu menjadi tumpukan.
“Linten, mana tugas cerpen mu?” Tanya Bu Ani, yang merupakan guru Bahasa Indonesia itu, dengan muka memelas, “ Maaf bu, cerpennya masih 3 halaman, saya terlalu sibuk dengan kerjaan rumah” berharap mendaptkan keringanan
“oke, ibu ngasih kesempatan untuk mu, Sabtu besok jam 7.00 harus udah ada di meja itu, gimana bisa?” balas bu ani, yang sesuai dengan harapanku.
Waktu itu hari jumat sore, dasar kebiasaan ku yang selalu menunda, saat-saat seperti itu pun aku tidak langsung mengerjakannya, aku malah pergi ke bioskop bersama teman, pada waktu itu aku berfikir, bahwa membuat cerpen 2 halaman lagi adalah hal yang mudah.
Di sela-sela menonton, Jevica angkat bicara “Ten, ko kok ikut nonton?”
Dengan nada heran aku menjawab, “lah emang kenapa?kan hak aku sih ikut atau engga”
Bukannya gitu, ko aja banyak belum bikin tugas, kenapa gk di kerjain? Senin kan udah ujian” balasnya dengan di barengi senyum manisnya.
“Oh, kalo yang kaya gitu gampang jev, 1 jam pun selesai” Jawabku sepele.
“Oh,yaudah serah” balasnya yang menutupi percakapan
Setelah nonton dan makan, aku pun pulang dengan niat ingin mengerjakan tugas tuas yang ku anggap mudah tadi, setelah sampai di rumah rasa kantuk ku mengalahkan rasa semangat untuk membuat tugas, padahal masih jam 7 malam, tak terasa tiduran di kasur membuat ku benar-benar tidur.
Jam 12.30 aku terbangun, dan teringat dengan tugas, aku langsung membuka laptop dan melanjutkan cerpen, 1 jam kemudian aku mulai bingung, akan ke mana arah cerpen ku ini karena kehabisan ide, setengah jam kemudian aku baru sadar bahwa membuat cerpen pun tidak mudah, apalagi saat terburu-buru. Pukul 3 mata ini sudah sangat tak kuat untuk menatap laptop, dan ahkirnya tidur lagi, padahal cerpen masih kurang 1 halaman.
Tidur ku pun merasa tak nyaman, terasa di ganggu hantu, bernama cerpen yang selalu datang di mimpi ku “gimana cerpenmu?cerpenmu?” dengan nada seram kata si cerpen mengikuti gaya pocong yang kehilangan tali pocongnya.
Jam 5 pun kembali terbangun, untuk melanjutkan cerpen,padahal mata ini masih ingin kembali terlelap, butuh waktu 1,5 jam untuk menyelesaikan itu, setelah selesai langsung print, langsung di antar ke sekolah  dan menggeletakkannya di meja Bu Ani, semoga aja bu Ani dapat memberikan nilai tinggi pada karya ku itu, harapan ku dalam hati.
Setelah itu pun,aku kembali pulang untuk tidur lebih lama lagi.